Sabtu, 12 Juli 2008

Rakyat Kalimantan Kian Sulit Dapat Tumbuhan Obat


Rabu, 25 Juni 2008 | 10:33 WIB

SAMARINDA, RABU - Masyarakat Kalimantan kini kian sulit mendapatkan tumbuhan obat akibat banyak kawasan hutan yang rusak dan dikelola tak ramah oleh perusahaan atau berubah menjadi perkebunan.

Hutan yang kaya tumbuhan obat kini jauh dari permukiman sehingga warga enggan ke sana. Akibatnya, pengetahuan tentang berbagai tumbuhan obat berangsur-angsur sirna. Warga mulai bergantung pada obat buatan pabrik yang harus dibeli.

”Ironis, rakyat yang dulu amat paham meracik tumbuhan obat kini membeli obat-obatan,” kata Irawan Wijaya Kusuma dalam Diskusi Rimbawan Universitas Mulawarman di Samarinda, Kalimantan Timur, Selasa (24/6).

Dalam makalahnya disebutkan, ada 28.000 jenis tumbuhan di Indonesia, 7.000 di antaranya tumbuhan obat. Sementara baru 1.000 jenis yang dipakai.

Dosen Jurusan Teknologi Hasil Hutan Unmul itu mendapati orang Ransa (Dayak) di Kalimantan Barat mengenal 250 jenis tumbuhan obat, orang Punan (Kalimantan Timur) 95 jenis, dan orang Kenyah 81 jenis tumbuhan yang bisa menjadi ramuan obat.

Menurut Hery Romadan, pemasar atau pengusaha obat tradisional, orang Tonyooi dan Benuaq di Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur, telah lama memanfaatkan pasak bumi (Eurycoma longifolia) sebagai obat penguat stamina. Orang Iban di Kalbar memakai kacip (rumput fatimah-Labisia pumila) untuk memperlancar persalinan.

”Sayang negara lain mematenkan teknologi pemanfaatan kedua jenis tumbuhan itu,” kata Hery. Oleh Malaysia, pasak bumi dikemas jadi kapsul atau campuran kopi, begitu juga dengan rumput fatimah. Agar pengetahuan tradisional tentang tumbuhan obat tak sirna, menurut Emilda Kuspraningrum dari Fakultas Hukum Unmul, semua perlu dipatenkan dan sejumlah tumbuhan perlu dilindungi dengan peraturan khusus. (BRO/KOMPAS)

Tidak ada komentar: